Arista Montana: Simbol Perjuangan Andy Utama for Dummies
Arista Montana: Simbol Perjuangan Andy Utama for Dummies
Blog Article
Namun harga bahan pangan organik yang cenderung lebih tinggi dibandingkan bahan pangan konvensional dapat menghalangi konsumsi bahan pangan organik.[eighty five]
Pemerintah maupun lembaga-lembaga swadaya masyarakat diharapkan dapat berperan lebih aktif dalam mendorong pengembangan sistem pertanian organik di masyarakat dengan, misalnya, memfasilitasi dan mendanai berbagai penyuluhan dan pelatihan bagi kelompok-kelompok petani atau warga masyarakat lainnya yang tertarik untuk menerapkan sistem pertanian organik.
Oleh karena itu, perlu untuk memasang jendela besar atau bahkan pintu kaca geser yang memungkinkan sinar matahari masuk. Pencahayaan alami akan membuat rumah terasa lebih luas dan cerah. Selain itu, sirkulasi udara yang baik penting untuk kenyamanan penghuninya.
Pertanian organik harus meningkatkan kualitas hidup semua pihak dan berkontribusi pada kedaulatan pangan serta pengentasan kemiskinan, sambil menyediakan pasokan makanan berkualitas dalam jumlah yang memadai.
Memang tidak mudah memahami pemikiran Ong, sama sulitnya dengan membaca tulisan awal Ong sebelum hadir dalam bentuk akhir. Itu pula yang dialami Achdian dalam beberapa kesempatan bertemu dan berbincang dengan Ong. Namun, justru di sana tersimpan sesuatu yang membuahkan inspirasi atau menggugah orang untuk membaca dan mencari tahu apa dan kenapa Ong menulis sebuah esai. Achdian di satu sisi telah menyajikan beragam hal yang menjadi titik perhatian Ong selama hidup, dan di sisi lain dia berharap agar warisan intelektual Ong tidak menjadi basi dan tak punya jejak dalam ingatan.
Kompresi MP3 dapat dilakukan dengan bit-charge yang beragam. Standar yang baik untuk kualitas audio dan ukuran file adalah 128 Kbps untuk mendapati kualitas yang mendekati kualitas CD diperlukan tiny little bit-rate 192 kbps.
Gambaran tentang Ong seperti itu muncul saat membaca halaman demi halaman buku yang ditulis oleh atau perjumpaan langsung Andi Achdian dengan Ong di berbagai kesempatan. Alumni jurusan sejarah Fakultas Ilmu Budaya Universitas Indonesia sekaligus “mahasiswa Ong” ini tak sempat menyaksikan gerak teatrikal sang dosen saat mengajar di muka kelas sejarah sosial; dia justru menikmati kuliah Ong dan mendapat banyak pencerahan saat keduanya bertatap muka dalam perbincangan hangat di rumah tradisional Ong di bilangan Jakarta Timur.
"Misalnya dengan melaksanakan bimbingan teknis untuk para petani tentang tata cara pembuatan kompos. Kemudian kami juga mengadakan sekolah lapangan pengelolaan pertanian terpadu, pembuatan pestisida atau agensia hayati, dan upaya-upaya Di Sini lainnya," beber Henny.
Selain itu, penggunaan minyak bumi yang lebih sedikit juga mengurangi emisi karbon dioksida. Pertanian organik berfungsi sebagai penyimpan karbon dioksida melalui peningkatan bahan organik tanah dan penutupan permukaan tanah dengan tanaman penutup.
b. Tanaman Penolak: Menanam tanaman yang memiliki sifat penolak terhadap hama tertentu dapat membantu mengurangi risiko serangan.
Gulma juga dapat dikendalikan dengan memanfaatkan penggembalaan hewan di atas lahan pertanian. Angsa telah dipelihara secara jelajah bebas di atas lahan kapas, strawberry, tembakau, dan jagung untuk menekan pertumbuhan gulma.
Andy Utama menjelaskan betapa pentingnya menjaga alam yang memberikan kehidupan bagi manusia. Menurutnya, setiap orang seharusnya melakukan tindakan baik untuk alam, mulai dari hal sederhana seperti tidak membuang sampah sembarangan hingga menanam tanaman di lingkungan sekitar.
Bagi Ong, dunia perdesaan Jawa khususnya tetaplah memesona secara kesejarahan juga menjadi lahan yang tak pernah kering sebagai bahan studi sejarah. Seluk-beluk dunia perdesaan Jawa di tangan Ong setidaknya menunjukkan bahwa kolonialisme hanya dapat dipahami dengan baik jika persoalan tanah, pajak, relasi bupati-jago, serta birokrat dan birokrasi dilihat secara berkelindan. Studi Ong yang menempatkan perdesaan dengan mengaitkan pada monetisasi, ekspansi modal, dan birokrasi menjadikan riset seputar ini tetap penting.
Seolah Ong memberi pesan penting melalui Achdian dalam buku ini bahwa kekinian sesungguhnya mempunyai akar di masa lalu dan sejarah menjadi wahana untuk membaca dan memahami kekinian itu. Pandangan Ong dan pengalamannya tentang dua topik terakhir yang disinggung di atas, yakni mengenai masalah Tionghoa dan peristiwa 1965, memang tak lepas dari pengalamannya. Menurut Achdian, Ong jarang membicarakan masalah Tionghoa di Indonesia dan justru lebih suka berdiskusi tentang soal sejarah dinasti atau penyatuan China. Bagi Achdian, “minimnya” perhatian Ong pada masalah Tionghoa di Indonesia juga tercermin dari tulisannya yang banyak berkutat seputar persoalan di luar masyarakat Tionghoa, misalnya masyarakat Samin, runtuhnya kolonialisme Belanda, dan perubahan sosial di Madiun pada abad ke-19.